Contoh Motivasi Belajar Dari Dalam Diri

Contoh Motivasi Belajar Dari Dalam Diri

“Aku Berterima Kasih untuk Kenangan Indah dan Momen Bahagia”

Menghargai kenangan indah dan momen bahagia bersama orang yang telah pergi dapat membantu kita merasa lebih damai dan bersyukur. Afirmasi ini membantu kita fokus pada aspek positif dari hubungan dan memberikan rasa nyaman selama proses berduka.

Menjaga Kesehatan Mental dan Fisik

Kehilangan orang tercinta bisa berdampak besar pada kesehatan mental dan fisik kita. Stress dan kesedihan yang mendalam bisa menyebabkan masalah tidur, nafsu makan menurun, dan kelelahan. Dengan memotivasi diri sendiri untuk menjaga rutinitas harian, berolahraga, dan makan dengan baik, kita bisa membantu menjaga kesehatan tubuh dan pikiran kita tetap dalam kondisi yang baik.

“Setiap Hari Adalah Langkah Menuju Penyembuhan”

Proses penyembuhan membutuhkan waktu, dan penting untuk mengingat bahwa setiap hari adalah kemajuan, sekecil apapun. Afirmasi ini membantu kita menghargai langkah-langkah kecil menuju perbaikan dan mengingatkan bahwa proses berduka adalah perjalanan yang memerlukan kesabaran.

“Aku Dikelilingi oleh Cinta dan Dukungan”

Mengungkapkan rasa syukur atas dukungan dari orang-orang di sekitar kita dapat memberikan rasa nyaman dan mengurangi perasaan kesepian. Afirmasi ini mengingatkan kita bahwa kita tidak sendirian dalam proses berduka.

Meningkatkan Hubungan Sosial

Memotivasi diri sendiri juga bisa membantu kita untuk tetap terhubung dengan orang-orang di sekitar kita. Dukungan sosial sangat penting selama masa berduka, dan dengan tetap aktif dan berusaha untuk berpartisipasi dalam hubungan sosial, kita dapat menjaga ikatan yang penting dan mendapatkan dukungan emosional yang kita butuhkan.

Menguatkan Hubungan Sosial

Menggunakan kata-kata motivasi dapat membantu kita berkomunikasi lebih baik dengan orang-orang di sekitar kita. Ketika kita merasa lebih positif dan terinspirasi, kita lebih mampu membuka diri dan menerima dukungan dari teman dan keluarga. Ini membantu menjaga hubungan sosial tetap kuat dan memberikan dukungan yang kita butuhkan selama masa berduka.

Buku & Quotes Yang Lainnya

Miyamoto Musashi adalah salah satu samurai terhebat dalam sejarah Jepang pramodern. Kehebatannya dalam seni bela diri pedang membuat kisah hidupnya dipenuhi mitos dan legenda.

Keberhasilannya dalam menyelamatkan diri dalam perang _puputan_ antara Kekaisaran Jepang Timur (Tokugawa Ieyasu) versus Kekaisaran Jepang Barat (Toyotomi Hideyori) pada 1600 membuat namanya semakin diakui di kalangan para samurai. Apalagi, keputusannya untuk menjadi _shugyosha_, samurai pengembara untuk mengasah keterampilan seni bela diri pedang dan terlibat dalam duel-duel mematikan membuat sosoknya seperti kelebatan bayangan dewa.

Seperti pengakuannya sendiri, mungkin dia memang memiliki bakat alami untuk menjadi seorang samurai. Tidak ada satu pun pedang samurai lain yang bisa mengambil nyawanya. Pertarungan pertamanya terjadi saat dia baru berusia 13 tahun dengan hasil tewasnya seorang samurai senior yang menjadi lawannya. Duel terakhir dan terpentingnya adalah melawan Sasaki Kojiro.

Saat itu, Kojiro adalah samurai terbesar di Jepang. Dia dikenal dengan teknik pedang _tsubame gaeshi_, yang bisa diartikan “memutar pedang dengan kecepatan burung melayang-layang”.

Pertarungan antara Musashi melawan Kojiro terjadi pada hari Jumat, 13 April 1612, sekitar pukul 10 pagi, di sebuah pulau kecil nan sepi yang bernama Funajima. Dalam pertarungan itu, pedang Musashi berhasil meremukkan rusuk kiri Kojiro. Kojiro tersungkur dengan darah yang keluar dari hidung dan mulutnya. Kojiro tewas.

Ketika semua samurai telah dikalahkan, inilah saatnya Musashi melambungkan namanya ke puncak ketenaran. Ketika samurai terbesar telah disingkirkan, inilah momentum untuknya meneguhkan kekuasaan. Tapi, yang terjadi justru sebaliknya. Ada kesadaran yang tiba-tiba hadir. Ketika kekuatan di luar dirinya telah ditundukkan, dia menyadari ada kekuatan lebih besar yang selama ini terbiarkan, yaitu diri sendiri.

Dua tahun menjelang kematiannya pada 19 Mei 1645, dia menulis otobiografinya. Di dalamnya banyak ajaran berharga. Salah satu kuotnya yang sangat terkenal adalah, “Tidak ada apa pun di luar dirimu yang bisa membuatmu lebih baik, lebih kuat, lebih kaya, lebih cepat, atau lebih pintar. Semuanya ada di dalam. Jangan mencari apa pun di luar dirimu.”

Membaca Musashi memberi kesempatan bagi kita untuk merenungkan diri sendiri. Merenungkan tentang apa yang pada akhirnya kita cari. Jika yang kita kejar adalah kekayaan, sebanyak apa kekayaan akan membahagiakan kita? Jika yang kita cari adalah pangkat-kekuasaan, sebesar apa kekuasaan akan menenangkan kita? Mari kita teruskan pertanyaan ini untuk berbagai hal yang sedang kita kejar.

Pada akhirnya kita akan menemukan bahwa segala hal yang kita kejar untuk “memuasi” diri akan bermuara di dalam diri kita. Bukan kekayaan itu sendiri yang membahagiakan, tapi bagaimana kita memaknai dan menggunakannya. Kebaikan tidak berada pada kekuasaan itu sendiri, tapi pada cara kita memanfaatkannya.

Harta dan pangkat bisa menjadi malapetaka jika dipenuhi dengan kerakusan, muslihat, dan egoisme. Bahkan, hampir seluruh perang yang memusnahkan dalam sejarah peradaban manusia bermula dari kerakusan akan harta dan kekuasaan. Tapi, di tangan manusia yang telah menemukan dirinya, harta dan kekuasaan bisa menjadi sarana untuk mencapai kebaikan dan kemuliaan.

Syams Tabrizi, seorang sufi pengembara dari Iran, guru spiritual Jalaluddin al-Rumi, suatu kali pernah menyatakan, “Ketika seorang sufi masuk ke kedai minuman, kedai minuman itu ruang ibadahnya. Tapi ketika seorang pemabuk masuk ke ruang ibadahnya, ruang itu menjadi kedai minumannya.”

Pada akhirnya, semuanya memusat pada diri. Kesejatian tidak berada di luar sana, tapi di dalam sini. Sang Sufi al-Rumi suatu kali menulis, “Jangan melihat ke luar. Lihatlah ke dalam diri sendiri dan carilah itu.”

Semua yang ada di luar diri kita adalah ketidaksempurnaan. Sebanyak apapun kita menumpuknya, yang kita punyai hanyalah ketidaksempurnaan dan keterbatasan. Sementara, seluruh pencarian sesungguhnya adalah perwujudan kodrat manusia pada kesempurnaan, pendakian pada sang Maha Sempurna.

Kita diperkenankan memiliki apapun yang diciptakan Allah. Bahkan kita ditantang-Nya untuk menembus angkasa. Tapi semua itu hanya akan membawa kebaikan jika kita telah menemukan diri sendiri. Mengapa? Karena _”man arafa nafsahu fa qad arafa rabbahu”_ (Siapa yang menemukan dirinya, sungguh dia menemukan Tuhannya).[]

*DISCLAIMER*: Saya tidak mengirim tulisan ini pada media tertentu. Siapa saja boleh mempublish, merepost, atau men-share. Tidak diperkenankan mengubah apapun tanpa seijin saya.

Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M. Ag.

Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam – Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI

Manfaat belajar sejarah juga dapat mengembangkan pemahaman tentang dunia di sekitar kita. Melalui kajian sejarah, kita dapat menggali akar peristiwa, transformasi budaya, dan perkembangan sosial yang telah membentuk dunia seperti yang kita kenal saat ini.

Manfaat belajar sejarah dapat membantu kita mengenali kontinuitas dan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, seperti politik, ekonomi, agama, dan teknologi. Dengan memahami proses-proses historis, kita bisa menilai dampak dari keputusan dan tindakan di masa lalu terhadap kondisi saat ini, serta meramalkan implikasi masa depan.

Manfaat belajar sejarah juga membantu kita mengenali keragaman budaya, tradisi, dan perspektif yang ada di berbagai belahan dunia, sehingga kita dapat lebih toleran dan terbuka terhadap perbedaan. Ini memperkaya wawasan kita tentang manusia dan masyarakat di berbagai era dan tempat. Melalui penelusuran sejarah, kita bisa melihat bagaimana manusia menghadapi tantangan, memecahkan masalah, dan menciptakan perubahan.

Pemahaman yang mendalam tentang perjalanan sejarah membantu kita menghubungkan titik-titik penting dalam rentang waktu yang panjang, memberikan pandangan yang lebih holistik tentang evolusi dunia, dan merangsang pertanyaan-pertanyaan kritis tentang masa depan. Dengan demikian, manfaat belajar sejarah dalam mengembangkan pemahaman tentang dunia adalah krusial untuk membentuk warga global yang cerdas dan terinformasi.

Membantu Menetapkan Tujuan dan Arah

Selama masa berduka, mungkin sulit untuk menentukan tujuan atau arah hidup kita. Kata-kata motivasi dapat membantu kita menetapkan tujuan kecil dan realistis yang bisa dicapai. Dengan memiliki tujuan dan arah yang jelas, kita dapat fokus pada langkah-langkah positif yang membantu kita mengatasi kesedihan dan beradaptasi dengan kehidupan baru.

Memberikan Dukungan Emosional

Kata-kata motivasi dapat memberikan dukungan emosional yang kita butuhkan saat berduka. Mereka membantu kita merasa lebih terhubung dengan diri sendiri dan mengingatkan kita bahwa perasaan kita valid dan penting. Dengan membaca atau mengucapkan kata-kata motivasi, kita bisa merasakan adanya dorongan untuk terus maju meskipun rasa sakit itu mendalam.

Menemukan Makna dan Tujuan Baru

Kehilangan bisa membuat kita merasa kehilangan arah dan tujuan. Memotivasi diri sendiri memungkinkan kita untuk mengeksplorasi kembali tujuan hidup kita dan menemukan makna baru. Ini bisa melibatkan mengejar hobi baru, merencanakan masa depan, atau bahkan berpartisipasi dalam kegiatan yang memberi dampak positif kepada orang lain.